BAB I
PENDAHULUAN
Penggunaan teknologi di
masyarakat sangatlah mendominasi. Hampir semua kehidupan masyarakat menggunakan
teknologi. Perpustakaan pun harus mengimbangi fasilitas dan layanan dengan
teknologi untuk mempermudah kegiatan di perpustakaan dan memudahkan pula
pemustaka. Terlebih kebutuhan
informasi pengguna perpustakan seakan sudah tidak bisa dibendung lagi. Pemanfaat internet (Inter Networking)
sebagai penghubung antar jaringan komputer seperti sudah menjadi konsumsi
sehari-hari masyarakat pengguna. Selain itu masyarakat pengguna juga lebih
senang memanfaatkan internet untuk
mencari informasi daripada perpustakaan.
Karena hal tersebutlah perpustakaan juga harus mampu mengembangkan perpustakaan
yang sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan penggunanya.
Perpustakaan digital yang
merupakan salah satu perpustakan yang berbasis teknologi menurut Pendit (2009:9) perpustakaan digital adalah sebuah
produk akhir tanpa preseden; hadir begitu saja di masa kejayaan internet dan di
tengah gempita globalisasi. Bahkan bagi sebagian orang yang tersihir oleh kata
“digital”, perpustakaan digital seringkali hanya dikaitkan dengan teknologi
komputer yang dianggap berdiri sendiri dan hadir di dunia ini seperti turun
dari langit.
Internet dan perpustakaan
digital sekarang juga sudah tidak dapat dipisahkan. Terlebih jaringan internet
memberikan jalan yang mudah dalam pendistribusian informasi. Selain itu,
pengadopsian dua teknologi baru yaitu internet dan web merupakan pendorong utama terbentuknya perpustakaan
digital.
Bagian dari internet yang tidak lepas adalah Web. Dimana web merupakan
program untuk mengakses server internet dan menampilan situs-situs web.
Perkembangan teknologi terutama teknologi informatika tersebut sudah semakin luas
dan semakin tertinggal jika tidak diikuti.
Tim O’Reilly memunculkan Web 2.0 pada sebuah konferensi tahun 2004.
Namun, pada tahun 2005 Tim tersebut mencoba mendevinisikan ulang dan
batasan-batasan Web 2.0 seperti yang telah disampaikan Sudarsono (2009)
berikut:
1
Web
2.0 menggunakan jaringan sebagai landasan kerja yang menjangkau semua peralatan
terkoneksi;
2
Penerapan
web 2.0 memanfaatkan keunggulan intrinsik landasan kerja tersebut;
3
Menyediakan
peranti lunak yang secara kontinyu diperbaiki karena semakin banyak pengguna
yang berpartisipasi dalam upaya itu;
4
Memakai
dan memadukan data dari beragam sumber termasuk dari setiap individu pemakai;
5
Menyediakan
data dan jasa dalam format yang memungkinkan dipadukan oleh pihak lain;
6
Menciptakan
keunggulan jaringan dengan memakai arsitektur yang cocok untuk partisipasi
banyak pihak;
7
Melebihi
kemampuan Web 1.0 karena diperkaya oleh pengalaman para pengguna.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kemunculan Library 2.0
Dengan
muculnya Web 2.0, perpustakaan dinegara maju juga menghadapi perubahan konsep
dalam mengelola perpustkaaan. Perubahan konsep inilah yang disebut dengan Library 2.0 atau L2.0 yang kita terjemahkan menjadi perpustakaan 2.0 atau
kita singkat saja menjadi P2.0.
Pada tahun
2005 Michael Chasey yang pertama
kali mencetuskan pemakaian istilah Library 2.0 dalam blognya yang
bernama Library Crunch. Kemunculannya tersebut menimbulkan
perdebatan di kalangan pustakawan pada konferensi pustakwan tahun 2005. Hal tersebut juga menimbulkan pro dan kontra.
Pihak yang pro mengatakan bahwa dengan
menerapkan Web 2.0 maka ada bentuk baru dari layanan perpustakaan. Sedangkan mereka yang kontra mengatakan bahwa tidak ada perubahan mendasar dalam
praktik kepustakawan dengan
menerapkan Web 2.0
Dikatakan
bahwa konsep P 2.0 menjadi
layanan perpustkaan yang berbeda, diarahkan semata untuk memenuhi kebutuhan
pemustaka dewasa ini. Sesuatu layanan
perpustakaan yang selalu tersedia kapapun pengguna memerlukan. Oleh sebab itu
pengguna TIK nampaknya menjaid Prasyarat.
P 2.0 dikembangkan dengan layanan perpustakan virtual berbasis Web
Jantung P 2.0 adalah perubahan yang berpusat pad apemustaka. Layanan perpustakaan disajikan dengan
partisipasi pengguna. Ibaratnya seperti halnya restoran jepang yang mengundang
penyantap ikut memasak masakah peasannya sendiri. Model ini telah dilakukan antara lain oleh
Yahoo dengan kemungkinan pengguna mengubah tampilah layar sesuai dengna yang
diinginkan, dan diwujudkan dalam My Yahoo.
Dapat
dibayangkan bawha perpustakan
yang sudah menerapkan P 2.0 akan memiliki tampilan dasar umum dan tampilan perorangan sesuai yang diinginkan
pengguna. Namun P 2.0 tidak terbatas
pada perwujudan tampilan saja. Pengguna
juga berpartisipasi dalam tiga funsi dasar suatu perpustakaan yaitu akuisisi,
pengolahan pustaka, dan pendayagunaan koleksi.
Semua jasa perpustakaan dikembangkan dengan meminta masukand ari
pemakai. Semua usaha peningkatan ini selalu dievaluasi pelaksanaannya. Untukinilah interaksi antara perpustakaan dan
pengguna dilakukan seara intensif. Oleh karena
itu ada yang beranggapan bahwa P 2.0 tidak harus dilakukan dengan penerapan
TIK, selama interaksi dengan pengguna dapat dilaukan untuk meningkatan
layanan. Dengan kata lain, konse user
oriented yang sudah lama dikenal oleh para psutakwan itu direvilatisasi
kembali. Namun jelas bahwa TIK akan
sangat membantu dan memudahkan interaksi tersebut.
B. Pengertian Library 2.0
Menurut Suwarto (2011)
Pengertian Perpustakaan 2.0 adalah perpustakaan yang benar-benar beorientasi
kepada pemakai, yang mendorong perubahan secara terus menerus, mengkreasikan
layanan baik fisik maupun maya sesuai dengan keinginan pemakai, dan didukung
dengan evaluasi layanan secara konsisten.
Sedangkan menurut Sudarsono
(2008) mendevinisikan library 2.0 sebagai aplikasi teknologi berbasis web yang
interaktif, kolaboratif, danmultimedia ke dalam layanan dan koleksi
perpustakaan berbasis web, dan menyarakan agar definisi ini dapat diadopsi oleh
komunitas ilmu perpustakaan. Dengan membatasi definisi tersebut pada layanan
berbasis web, dan bukan layanan perpustakaan secara umum, dapat menghindarkan
potensi kekeliruan dan dengan tepat dapat memberikan kesempata agar istilah itu
dapat diteliti, diterorikan lebih lanjut, dan membuatnya menjadi lebih berguna
dalam wacana profesional.
C.
Ciri-ciri
layanan Library 2.0
Layanan Library 2.0 mempunyai
ciri tersendiri menurut Suwanto (2009) ciri-ciri tersebut yaitu:
1. ‘Chat Reference’ atau ‘Instance messaging’
yaitu layanan yang dapat langsung berbungan dengan pustakawan secara On-line,
tanpa menunggu waktu untuk mendpatkan balasannya.
2. Media Streaming, yaitu
salah satu bagian dari layanan Chat Reference, yang menambahkan pangkalan data
tutorial dengan bahan ajar On-line ( Peer Reviewed Instructional Material
Online / PRIMO). Dalam prakteknya dapat dilakukanan dengan penambahan layanan
Repository Digital.
3. Blog dan Wikis. Blogs untuk
perpustakaan-perpustakaan merupakan bentuk lain dari publikasi. Wiki utamanya
adalah halaman Web yang terbuka, dimana setiap orang yang terdaftar dengan Wiki
dapat mempublikasikannya, mengembangkannya dan merubahnya. Hal tersebut dapat
merubah kepustakawanan, pengembangan koleksi yang kompleks dan instruksi
keberaksaraan informasi (information literacy).
4. Jaringan
sosial. MySpace, Facebook, Del.icio.us, Frappr dan Flickr, adalah jaringan
kerja yang telah menikmati popularitas besar-besaran dalam Web 2.0. Jaringan
sosial lain yang patut dilakukan di perpustakaan adalah ‘LibraryThing’ yang
memungkinkan pemakai mengkatalog buku mereka sendiri dan melihat apa yang
dilakukan pemakai lain men-share-kan buku tsb.
5. Tagging (Pe-ngetag-an). Dalam Library 2.0
pemakai dapat me-ngetag koleksi perpustakaan dalam katalog dengan menambahkan
kata (Subjek) yang umum dipakai di masyarakat, tanpa membuang subjek yang telah
dibuat pustakawan; dan oleh karenanya pemakai berpartisipasi dalam proses
pengatalogan. Pe-ngetag-an (Tagging ) membuat penulusuran tambahan
menjadi lebih mudah.
6. RSS
Feed. RSS Feeds dan teknologi lainnya yang semacam memberikan kepada pemakai
suatu cara untuk mempersatukan dan mempublikasikan kembali isi dari situs lain
atau blogs, mengumpulkan isi dari dari situs lain ke dalam suatu tempat
tersendiri. Setelah perpustakaan mengkreasikan RSS Feeds untuk pemakai untuk
melanggannya, termasuk meng up-date artikel-artikel baru dalam suatu koleksi,
layanan baru, dan isi baru dalam pangkalan data langganan, perpustakaan
tersebut juga mempublikasikan kembali isi dari situs mereka.
7. Mashups.
Mashup adalah aplikasi yang dicangkokkan, dimana dua atau lebih layanan
digabung ke dalam satu layanan yang benar-benar baru. Library 2.0 adalah
mashup. Mashup tersebut adalah suatu blog hibrida (suatu blog yang dihasilkan
dari 2 sistem yang berbeda), wikis, media streaming, pengumpul isi, berita
instant, dan jaringan sosial. Library 2.0 mengingatkan pemakai ketika mereka
masuk (Log-in) kedalam suatu sistem. Library 2.0 memperbolehkan pemakai
mengedit data OPAC dan metadata, menyimpan tag pemakai, surat menyurat instant dengan pustakawan,
memasukkan data wiki dengan pemakai lain, dan mengkatalog semua tentang hal
tsb. dengan pemakai lain.
8. Model
spesifik dari Perpustakaan 2.0 akan berbeda untuk setiap perpustakaan. Setiap
perpustakaan mempunyai titik permulaan yang berbeda. Melalui kolaborasi antara
staf dan pemakai, akan dapat mengembangkan ide yang jelas tentang bagaimana
model ini dapat bekerja untuk perpustakaan Anda.
Selain ciri-ciri tersebut
Suwanto juga menyebutkan bahwa ciri paling jelas dari library 2.0 adalah
terjadinya relasi interaktif, multiarah, dan partisipatif antara pengguna dan
pustakawannya, serta sistem kerja dan koleksi yang bersifat kolaboratif (dari
banyak sumber) selalu dinamis. Praktik library 2.0 di Indonesia dapat
ditandai dengan mulai berkembangnya software sistem otomasi perpustakaan (SOP).
Baik yang bersifat gratis (open source, seperti ”Senayan” dan ”Athenaeum
Light”) maupun yang berbayar.
D.
Konsep
Library 2.0
Menurut Sudarsono (2008) sebuah teori untuk library
2.0 dapat diketahui memiliki 4
elemen penting berikut:
1. Terpusat pada pengguna.
Pengguna berpartisipasi dalam
pembuatan konten dan layanan yagn terlihat dalam tampilan web perpustakaan,
OPAC, dll.
2. Menyediakan sebuah layanan multimedia.
Menyediakan koleksi –koleksi
non buku seperti komponen video dan audio visual. Walaupun hal ini jarang
sekali dianggap sebagai fungsi library 2.0 disini disarankan agar seharusnya
begitu.
3. Kaya secara sosial
Tampilan web perpustakaan
berisi tampilan pengguna.
4. Inovatif secara bersama-sama
Perpustakaan siap merubah
pelayanannya, mencari cara baru untuk memberikan kesempatan masyarakat, bukan
saja perorangan, untukmencari, menemukan, dan menggunakan informasi.
Menurut Sudarsono konsepsi
Library 2.0 terbaik adalah sebuah tatap muka jejaring sosial yang dibangun para
pengguna. Library 2.0 adalah OPAC yang dipersonalisasi yang mencakup IM, RSS
feeds, blog, wiki, tag, serta profil umum dan swasta di dalam jejaring
perpustakaan.
E. Penerapan Library 2.0
Untuk menerapkan perpustakaan yang berkonsepkan web 2.0 atau library
2.0 Hakim (2010) ada 5 langkah
untuk penerapan library 2.0 yaitu
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas koleksi
tercetak dan koleksi digital
Perpustakaan perlu meningkatkan
kualitas serta kuantitas koleksi tercertak maupun digital yang dimiliki
perpustakaan.
2.
Memperbaiki
aplikasi otomasi atau perpustakaan digital yang dimiliki perpustakaan.
Apliasi otomasi sudah banyak diterapkan oleh
perpustakaan saat ini. namun, sayangnya perpustakaan tersebut belum mengadopsi
konsep Web 2.0. agar konsep web 2.0
dapat berjalan ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu mendesain OPAC yang
dilengkapi dengan fasilitas pemberian komentar atau review terhadap koleksi
yang dimiliki perpustkaaan, fasilitas pemberian nilai terhadap koleksi yang
ditelusur melalui OPAC, fasilitas unggah koleksi digital, fasilitas usulan
pengadaan koleksi, serta fasilitas pemberian saran bagi pengembangan
perpustakaan.
3.
Memanfaatkan
free open source software berbasis web untuk membangun otomasi dan pengembangan
perpustkaan digital.
Kata digital terdengar sangatlah mahal, namun
dengan pemanfaatan opes source software yang berbayar akan memudahkan dalam
pengembangan perpustakaan digital dalam upaya library 2.0.
4.
Memanfaatkan
Content Management System guna pengembangan Library 2.0.
Content management system (CMS) adalah sebuah
sistem yagn mempermudah penciptaan sebuah website dinamis, dimana dalam sistem
ini pengelolaan isi dan tampilan teknis dipisahkan antara editor, web master,
web designer dan web developer. Dengan
aplikasi tersebut diharapkan perpustakaan mampu menciptakaan ensiklopedi online
dan membangun forum diskusi online.
5.
Memanfaatkan
situs-situs jejaring sosial guan membangun forum komunikasi dengan pengguna
perpustkaaan
Situs jejaring sosial sangat diminati oleh
masyarkaat saat ini, sehingga pemanfaatan jejaring sosial ini akan mempermudah
perpustakaan berkomunikasi langsung dengan pemustaka.
Sedangkan Blasius
Sudarsono menerangkan ada 23 langkah yang dianjurkannya untuk mempelajari P 2.0. Untuk menjaga
originalitas maka 23 langkah tersebut sengaja tidak terjemahkan seperti yang telah dikutip oleh Blasius
Sudarsono (2009):
Week 1: Introduction ( official start of
week August 7th)
1.
Read
this blog & find out about the program.
2.
Discover
a few pointers from lifelong learners and learn how to nurture(pengasuhan, pemeliharaan)
your own learning process.
Minggu
1: Pengenalan (start pejabat Agustus minggu 7Th)
1.
Baca blog In i&temukan tentang suatu program.
2.
Temukan
beberapa beberapa petunjuk dari
pembelajaran seumur hidup dan
belajar bagaimana cara memelihara proses pemebelajaranmu itu.
Week 2: Blogging
1.
Set
up your own blog & add your first post.
2.
Register
your blog on PLCMC Central and begin your Learning 2.0 journey
Minggu
2: Blogging
1.
Atur Blogmu dan tambahkan tulisanmu di blog tersebut.
2.
Daftarkan blogmu di pusat PLCMC dan mulailah perjalananmu dalam
pembelajaran 2.0
Week 3: Photos & Images
1.
Explore
Flickr and learn about this popular image hosting site.
2.
Have
some Flickr fun and discover some Flickr mashups & 3rd party sites.
3.
Create
a blog post about anything technology related that interests you this week.
Minggu
3: Foto& Gambaran
1.
Jelajahi Flickr dan pelajarilah tentang gambar populer.
2.
Nikmati beberapa Flickr yang menyenangkan dan temukan beberapa mashups
Flickr & situs ketiga.
3.
Ciptakan suatu tulisan diblogmu tentang teknologi apapun yang berhubungan
dengan topik yang manarik untuk minggu ini.
Week 4: RSS & Newsreaders
1.
Learn
about RSS feeds and setup your own Bloglines newsreader account.
2.
Locate
a few useful library related blogs and/or news feeds.
Minggu
4: RSS& Newsreaders
1.
Pelajarilah susunan RSS dan atur akun Bloglines newsreader milikmu.
2.
Tempatkan
beberapa manfaat perpustakaan yang berhubungan dengan blog dan atau berita
terbaru.
Week 5: Play Week
1. Play around with an online image
generator.
2. Take a look at LibraryThing and
catalog some of your favorite books.
3. Roll your own search tool with
Rollyo.
Minggu
5: Main Minggu
1. Menimbang2 suatu generator gambar
online.
2. Memperhatikan LibraryThing
dan catalog sebagian dari buku favorit mu.
3. Gulung alat pencarian milik mu
dengan Rollyo.
Week 6: Tagging, Folksonomies
& Technorati
1.
Learn
about tagging and discover a Del.icio.us (a social bookmaking site)
2.
Explore
Technorati and learn how tags work with blog posts.
3.
Read
a few perspectives on Web 2.0, Library 2.0 and the future of libraries and blog
your thoughts.
Minggu
6: Tagging, Folksonomies& Technorati
1.
Pelajarilah Tagging dan temukan alamat Del.Icio.Us ( suatu situs social
bookmaking)
2.
Jelajahilah Technorati dan pelajarilah bagaimana tag bekerja dengan
beberapa postingan blog.
3.
Bacalah
beberapa perspektif pada Web 2.0, Perpustakaan 2.0 dan masa depan
perpustakaan dan blog karya pemikiran mu.
Week 7: Wikis
1.
Learn
about wikis and discover some innovative ways that libraries are using them.
2.
Add
an entry to the Learning 2.0 SandBox wiki.
Minggu
7: Wikis
1.
Pelajarilah wikipedia dan Temukan beberapa jalan inovatif bahwa
perpustakaan sedang menggunakan.
2.
Tambahkan suatu masukan Pembelajaran 2.0 pada Sand Box Wiki.
Week 8: Online
Applications & Tools
1. Take a look at some online
productivity (word processing, spreadsheet) tools.
2. Explore
any site from the Web 2.0 awards list, play with it and write a blog post about
your findings.
Minggu
8: Aplikasi dan Peralatan Online
1. Perhatikan beberapa produktivitas
online ( pengolah kata, spreadsheet) perkakas.
2. Jelajahi situs apapun dari daftar
penghargaan Web 2.0, bermain-mainlah dengan itu dan tulis suatu artikel di
blogmu dari apa yang yang telah kamu temukan tadi.
Week 9: Podcasts, Video &
Downloadable audio
1.
Discover
YouTube and a few sites that allow users to upload and share videos.
2.
Discover
some useful search tools for locating podcasts.
3.
Take a look at
the titles available on NetLibrary and learn how to download audiobooks.
4.
Summarize your
thoughts about this program on your blog.
Minggu
9: Podcasts, Video& Audio Downloadable
1.
Temukan Youtube dan beberapa lokasi yang mengijinkan para pemakai untuk
upload dan berbagi video.
2.
Temukan beberapa perkakas pencarian yang bermanfaat untuk penempatan
podcasts.
3.
Perhatikan judul yang tersedia pada Netlibrary dan belajar bagaimana cara
download audiobook (buku audio).
4.
Ringkas pemikiran mu tentang program ini pada blog mu.
F. Library 2.0 di Indonesia
Indonesia
memang jauh tertinggal dari negara maju dalam segi teknologi terlebih keadaan
perpustakaan yang berbeda-beda dari yang paling canggih hingga perustakaan yang
apa adanya. Sehingga penerapan library 2.0 yang mengadopsi web 2.0 tidak mudah
dilakukan di Indonesia,
bahkan perpustakaan yang telah menerapkan library 2.0 belum banyak.
Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga sendiri belum
sepenuhnya menerapkan library 2.0, namun secara kecanggihan teknologi
perpustakaan tersebut sudah lebih baik dari pepustakaan perguruan tinggi
lainnya di Indonesia. Kegiatan berinteraksi
langsung dan berorientasi pada pemustaka, perpustakaan UIN Sunan Kalijaga sudah
cukup baik. jika dilihat dari hal-hal
tersebut menurut saya, perpustakaan UIN Sunan Kalijaga sudah menerapkan library
2.0 seperti yang telah dikonsepkan diatas.
BAB III
KESIMPULAN
Web
2.0 telah ada sejak tahun 2004 dan
diperbaharui lagi pada tahun 2005 yang kemudian diadopsi menjadi library 2.0
oleh Michael Casey. Sejak saat itu perkembangan teknologi di perpustkaaan
semakin pesat. Banyak negara-negara maju menggunakan konsep itu untuk
menjadikan perpustakaan sebagai tempat layanan pengguna dan sumber mencari
informasi.
Konsep
library 2.0 sendiri yaitu sebuah perpustakaan yang mendedikasikan dirinya
sebagai tempat untuk mencari informasi dan berorientasi kepada kebutuhan
pengguna perpustakan. Selain itu perpustakaan juga diharapkan menerapkan
digitaliasi agar kebutuhan akan kemajuan teknologi itu dapat dinikmati pula
oleh pengguna perpustakaan terutama perpustakaan berbasis web.
Penerapan
library 2.0 di Indonesia sendiri belum seperti yang diharapkan. Karena jika dilihat Indonesia bukanlah negara
maju yang mampu mengikuti perkembangan zaman dengan cepat. Namun, Indonesia
mampu mengimbanginya melalui layananya dan sedikit mengapresikan konsep Library
2.0.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarsono, Blasius . 2009. Pustakawan cinta dan
teknologi. Jakarta: Ikatan Sarjana Ilmu
Perpustakaan dan Informasi Indonesia.
Sudarsono, Blasius. 2009. Menerapkan Konsep
Perpustakaan 2.0. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/357/jbptunikompp-gdl-blasiusdar-17824-1-menerapk-n.pdf.
yang diakses pada tanggal 4 April 2012
Sudarsono,
Blasius. 2008. Teori Libary 2.0 : Web 2.0 dan Dampaknya Terhadap
Perpustakaan. Visi Pustaka volume 10 nomer 2 Agustus 2008. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=visi%20pustaka%20sudarsono%2C%202008&source=web&cd=4&ved=0CDMQFjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.pnri.go.id%2FiFileDownload.aspx%3FID%3DAttachment%255CMajalahOnline%255CTeori%2520Library.pdf&ei=Jfl8T9iNEY7xrQfs-9XTDA&usg=AFQjCNEqD_sOjpFp8duNd3kZdT6L2H5CvA&cad=rja.
yang diakses tanggal 4 april 2012.
Suwanto, Sri Ati. 2010. Layanan perpustakaan elektronik dengan
konsep Library 2.0. http://www.libraryjournal.com/article/CA6365200.html yang diakses pada tanggal 14 Maret 2010.
Pendit, Putu Laxman . 2009. Perpustakaan digital
: Kesinambungan dan Dinamika. Jakarta:
Cita Karyakarsa mandiri.
Pusat Komputer dan Sistem Informasi UIN Sunan
Kalijaga. 2011. Teknologi Inromasi dan Komunikasi Tahun Akademik 2011/2012. Yogyakarta: Pusat Komputer dan Sistem Informasi UIN Sunan
Kalijaga.